Subscribe Us

Arture Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UMM Gelar Peken Ngawonggo



MALANG – Pagi (22/6) 2025 di kawasan situs Patirtaan Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, sedikit berbeda dari biasanya. Hal ini atas kehadiran mahasiswa semester enam Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam kelompok Arture. Mereka beranggotakan delapan orang dengan ketua atas nama Mohammad Rizky.

Menurut Mohammad Rizky selain dirinya juga ada mahasiswa bernama Deswita Maharani, Afra Nur Afifa, Hafis Rahman, Manzila Nurul Istiqomah, Bara Aji Saputra, Hernando Yoga Pratama, dan Mahesa Bima Putra. Mereka mengembalikan suasana khas pasar tradisional Jawa abad ke-19 dalam gelaran Peken Ngawonggo.

Peken Ngawonggo? Ya, tandas Mohammad Rizky bahwa pagelaran tersebut merupakan sebuah pengalaman budaya yang menjadi bagian dari event SWARGO (Swanten Patirtaan Ngawonggo) di kawasan situs Patirtaan Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Pagelaran ini mengusung konsep Kampoeng Jawa Jadoel, Peken Ngawonggo menghadirkan atmosfer dan pengalaman yang otentik seperti berada di tahun 1850.

Semua desain kembali pada kampung Jawa tempo dulu mulai bentuk kios, kostum penjual, hingga alat transaksi menggunakan uang jadul dari pring atau bambu, seluruh detail dirancang untuk membawa pengunjung menyelami sekaligus romantisme pada kehidupan masyarakat Jawa tempo dulu.

Dijelaskan Mohammad Rizky,  Peken Ngawonggo merupakan hasil kolaborasi antara panitia lokal (warga setempat) dengan kelompok Arture (Prodi Ilmu Komunikasi UMM), sebagai bentuk implementasi mata kuliah Manajemen Event Public Relation. Kelompok Arture terjun langsung merancang hingga mengeksekusi Peken Ngawonggo.

Lebih dari sekadar pasar, ucap Mohammad Rizky, hadirnya  Peken Ngawonggo menjadi ruang hidup budaya di dalamnya terdapat berbagai warga sekitar yang menjual jajanan tradisional. Sekitar 17 jenis jajanan yang dapat dibeli oleh pengunjung. Selain juga tersedia berbagai macam jamu tradisional serta dawet khas tempo dulu.

“Selain jajanan dan minuman, alat musik tradisional seruling hasil warga sekitar juga diperjual belikan, menggaet juga musisi rinding Malang untuk turut menjualkan rinding di Peken Ngawonggo. Pengunjung benar-benar diberikan sensasi nyata berbelanja di pasar zaman dulu,” ujar Mohammad Rizky yang sekarang berada di semester enam ini.

Sukses menggelar kegiatan ini, Mohammad Rizky berharap menjadi awal dari keberlanjutan Peken Ngawonggo sebagai program budaya bulanan yang dapat memberdayakan UMKM lokal sekaligus memperkuat keterlibatan mahasiswa dalam pelestarian warisan budaya.

Di tempat sama, Bu Sofi, salah satu pedagang makanan khas Jawa di stand pasar, mengungkapkan keseruan event ini. Dirinya berharap semoga Peken Ngawonggo bisa berlanjut dan dilaksanakan setiap bulan.

Mbak Ani selaku salah satu pengelola menambahkan, Peken Ngawonggo sangat bagus sekali terutama untuk memberdayakan warga sekitar. SWARGO adalah bukti bahwa sinergi antara mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM dan masyarakat dapat melahirkan event budaya yang edukatif, meriah, dan penuh nilai.

Melalui acara ini, diharapkan pengunjung dan masyarakat luas semakin mencintai budaya lokal sekaligus mendorong potensi wisata sejarah di Kabupaten Malang. (penulis: afra)

Posting Komentar

0 Komentar