Sejumlah karya seni dari program studi Kriya Tekstil dan Fashion UM Bandung dan beberapa kampus lain di Indonesia dipamerkan dalam kegiatan ini. Pembukaan dihadiri Rektor UM Bandung Herry Suhardiyanto, Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora Irianti Usman, serta sejumlah guru SMK dari Malaysia.
Kaprodi Kriya Tekstil dan Fashion UM Bandung Saftiyaningsih Ken Atik menjelaskan bahwa ide pameran ini berawal dari kunjungan tamu luar negeri yang kemudian berkembang menjadi ajang kolaborasi kreatif.
”Pameran ini merupakan bentuk kolaborasi lintas negara yang tidak hanya mempertemukan karya, tetapi nilai dan identitas budaya. Kami ingin menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang mampu berbicara di panggung global,” ujar Ken.
Ken berharap kegiatan ini dapat mendorong aksi nyata dari kampus untuk menjaga nilai-nilai luhur budaya. ”Sebagai bagian dari Islamic Technopreneur University, kami ingin karya-karya kriya ini tidak hanya bernilai estetika, tetapi menyampaikan pesan tentang siapa kita, bangsa dengan akar budaya yang kuat di tengah dunia yang semakin tanpa batas,” jelasnya.
Pameran ini menarik perhatian para guru dari delapan SMK di Malaysia. Mereka menunjukkan antusiasme tinggi untuk belajar mengenai seni kriya dan desain. ”Meskipun mereka berasal dari SMK, tetapi semangat mereka untuk mempelajari hal-hal baru di bidang seni kriya dan desain sangat luar biasa,” tambah Ken.
Sementara itu, Ketua Delegasi Guru Pendidikan Seni Visual Daerah Sepang, Malaysia, Salbiah Binti Sanusi, mengapresiasi penyambutan dan pelaksanaan pameran di UM Bandung. ”Alhamdulillah, sambutannya lebih keren daripada lawatan kami sebelumnya. Program Jejak Rasa ini merupakan kejutan luar biasa bagi rombongan kami,” ujar Salbiah.
Seni visual di Malaysia
Salbiah juga menjelaskan kondisi pengajaran seni visual di sekolah-sekolah Malaysia. ”Untuk tingkatan 1 hingga 3, pendidikan seni visual adalah subjek wajib. Namun, pada tingkatan 4 dan 5 bersifat elektif. Banyak siswa yang mengambil seni bukan karena minat sehingga kami harus bekerja keras agar mereka dapat menghargai seni,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa di Malaysia, seni visual diajarkan secara dasar, baik teori maupun praktik, seperti menggambar dan crowd art. ”Kami hanya mengajarkan hal-hal yang dasar. Harapannya mereka bisa mahir secara dasar,” tambahnya.
Salbiah melihat pameran ini sebagai peluang kolaborasi antara sekolah-sekolah di Malaysia dengan UM Bandung. ”Mudah-mudahan ini bukan pertemuan terakhir, tetapi titik permulaan. Kami memiliki dua sekolah berbasis agama dan murid-muridnya bagus secara akademik. Mungkin nanti bisa kerja sama lebih lanjut,” tandasnya. (feri anugerah)
0 Komentar