SLEMAN-Staf khusus Kemendikdasmen RI, Arif Jamali Muis, M.Pd menyampaikan dihadapan kepala sekolah SMP/MTs Muhammadiyah se – D.I. Yogyakarta pada workshop Penguatan Leadership bagi Kepala Sekolah, Sabtu, 2 Agustus di Kaliurang Sleman. “Tidak boleh ada sekolah favorit tapi semua sekolah harus menjadi favorit, Semua sekolah harus bermutu
Pola pikir agar 4 hal ini bisa dilaksanakan, adalah growth mindset, sekolah maju itu bisa maju karena dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang memiliki pola fikir bertumbuh atau growth mindset, bukan pola fikir stagnan atau fix mindset.
Sekolah negri itu harusnya semua anak tertampung di sekolah negri, jika tidak tertampung maka alternative di sekolah swasta. Ini konstitusi negara untuk menyediakan layanan pendidikan dan ini tidak mampu shg sekolah swasta menjadi alternative. Nah, di sekolah SD sudah muncul bahwa sekolah swasta menjadi alternative.
Kepala sekolah itu harus menggembirakan sekolah dan tentu bagi guru karyawan. Evaluasi dan refleksi menjadi alam pikiran dalam growth minset. Ada 4 (empat) hal berfikir growth mindset agar sekolah unggul.
Pertama, sekolah unggul itu jika pembelajarannya bermakna dan adaptif sehingga dalam proses pembelajaran mengandung unsur berkesadaran, bermakna dan menggembirakan sehingga disebut deep learning atau pembelajaran mendalam. Muncul AI sehingga mesin pencarian yg ada akan terus mencari misal dengan chat GPT, meta, scholar.
Sebelumnya pembelajaran yang dilakukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan metode deep learning itu sudah diwujudkan dalam kajian wal ashri dan al maun. Kajian Wal Ashri sampai diajarkan 7 atau 8 bulan. Pembelajaran mendalam itu realeted dalam kehidupan dan realita kehidupan dalam anak. KH Ahmad Dahlan menyampaiakan apakah orang-orang sekitar Kauman ini sudah diwujudkan ajaran Wal Ashri dan Al Maun dalam kehidupan. Pembelajaran mendalam menjadi DNA nya Muhammadiyah.
Kedua, Ekosistem harus mendukung, Kerjasama membuat ekosistem menjadi hal utama, hindari konflik dalam sekolah.
Sekolah harus berkolaborasi dengan PDM dan PWM. Jangan sampai sekolah hanya menjadi sarana mencari uang tetapi menjadikan infaq itu sebagai sarana sebagai amal yang akan menambah amal sholeh berlipat-lipat. Di jenjang universitas atau perguruan tinggi itu juga membina sekolah-sekolah Muhammadiyah dan dibranding dengan baik.
Sekolah yang sudah maju juga harus membina sekolah lain agar lebih maju dengan branding. Ekosistem ini harus berjalan dan perlu analisa kebutuhan dengan jumlah lulusan, terkait jarak jika perlu ada regrouping sekolah. Regrouping itu jadi menyakitkan, jika sekolah itu menjadi ada karena dari bawah munculnya namun semangat saat ini mulai mengendur.
Ketiga, Tendik yang kompeten dan sejahtera. Setiap murid yang datang itu malaikat untuk meningkatkan derajat. Guru harus kompeten, terus belajar dan disejahterakan. Tugas persyarikatan itu untuk mengkoneksikan agar bisa disentralkan.
Tugas PCM itu mensejahterakan sekolahan, menggerakkan sekolah-sekolah. Bukan sentralisasi tapi konsolidasi, ketika ada kelebihan dana bisa dipinjamkan sekolah yang membutuhkan.
Keempat, Sarana prasarana memadahi. Perlu analisa sekolah mana yang akan mendapat revitalisasi. Buat proposal agar mendapat persetujuan dari para direktur. Ini sebagai usaha agar sarana prasarana memadahi.
Demikian empat upaya yang harus dilakulan. Semoga diberi kemudahan dan kelancaran serta barokah. Aamiin. Bravo SMP/MTs Muhammadiyah se D.I. Yogyakarta.(wahdan arifudin/arief hartanto)


0 Komentar