Kegiatan yang digelar pada Jumat (15/08/2025) ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga budaya lokal sebagai identitas desa. Materi yang disampaikan menekankan nilai-nilai dalam kesenian tradisional, seperti bantengan, jaranan, dan reog. Kesenian tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi sarana pembentukan karakter dan kebersamaan.
Peserta yang hadir berasal dari Anggota Bantengan Ngroto Joyo dan remaja hingga orang tua. Mereka diajak berdiskusi tentang tantangan melestarikan budaya di era digital. Para mahasiswa menyampaikan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam mendokumentasikan dan mempublikasikan budaya secara positif melalui media sosial, sehingga tradisi tetap dikenal luas.
Sebagai rangkaian kegiatan, para peserta juga diajak menonton video profil sejarah dan dokumentasi kesenian Ngeroto Joyo. Melalui video tersebut, ditampilkan perjalanan panjang kesenian bantengan yang menjadi ikon Desa Ngroto, lengkap dengan narasi mengenai nilai filosofi, perjuangan, dan makna kebersamaan yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, sebagai bentuk apresiasi, mahasiswa PMM UMM menyerahkan sertifikat penghargaan kepada Ketua Paguyuban Seni Desa Ngroto serta Ketua Kesenian Bantengan Ngeroto Joyo. Pemberian ini menjadi simbol penghormatan atas dedikasi mereka dalam menjaga, mengembangkan, dan mewariskan budaya lokal kepada generasi muda.
Salah satu peserta mengungkapkan bahwa kegiatan ini membuatnya lebih menyadari arti penting melestarikan tradisi leluhur. “Saya jadi lebih bangga dengan budaya desa kami, dan ingin mengajarkannya kepada anak-anak saya,” ujarnya.
Melalui kegiatan psikoedukasi ini, diharapkan masyarakat Desa Ngroto semakin peduli dan memiliki kesadaran bersama untuk menjaga budaya lokal sebagai warisan berharga bagi generasi mendatang.
0 Komentar