Suasana GSS Mu Ngaglik saat Launching Mosa-Meca
SLEMAN– Ahad pagi, 12 Oktober 2025, halaman Masjid Ahmad Dahlan, PCM Ngaglik tampak lebih ramai dari biasanya. Seusai kajian rutin Ahad pagi, para jamaah tak langsung beranjak pulang. Mereka tetap bertahan di halaman masjid, menyaksikan momen penting bersejarah bagi Gerakan Shadaqah Sampah (GSS) Muhammadiyah Ngaglik: peluncuran Mosa (Motor Sampah), Meca (Mesin Pencacah), serta Drop Box Sampah.
Gerakan Shadaqah Sampah (GSS) Muhammadiyah Ngaglik yang berdiri sejak tahun 2023 hadirkan inovasi dan sinergi dalam hal pengelolaan sampah berbasis jamaah dan masjid.
Ketiga sarana baru itu menjadi simbol semangat baru dalam hal pengelolaan sampah yang lebih teratur dan bernilai. Mosa (Motor Sampah) merupakan hibah program aspirasi dari Ir. H Abdul Kadir MH, yang merupakan anggota DPRD Sleman sekaligus tokoh senior Muhammadiyah Ngaglik, sementara Meca (Mesin Pencacah) dan Drop Box Sampah merupakan hibah dari Paste Lab, perusahaan daur ulang yang telah berdiri sejak 2021 yang aktif mendorong ekonomi sirkular bagi masyarakat sekitar.
Launching yang dimulai pukul 07.00 WIB itu diawali dengan sambutan dari perwakilan berbagai pihak. Nurul Asfiani sebagai Creative Associate Manager dari Paste Lab, menyampaikan alasan pihaknya memberikan hibah mesin pencacah dan drop box kepada GSS Muhammadiyah Ngaglik. “Program yang dijalankan GSS selaras dengan nilai dan visi kami di Paste Lab. Kami dengan hibah mesin pencacah ini, dapat meningkatkan nilai jual sampah, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas oleh masyarakat,” ujarnya.
Paste Lab, yang selama ini aktif mendampingi komunitas pengelola sampah bagi masyarakat sekitar, melihat GSS Muhammadiyah Ngaglik sebagai salah satu mitra yang konsisten menjalankan gerakan peduli lingkungan dengan pendekatan berbasis jamaah.
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Kadir mengapresiasi GSS Muhammadiyah Ngaglik yang telah menginisiasi gerakan peduli lingkungan di wilayah Sleman, khususnya di wilayah Kapanewon Ngaglik. Ia menegaskan, persoalan sampah tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah atau petugas kebersihan. Ia mengatakan, “Setiap individu berpotensi menghasilkan sekitar 0,75 kilogram sampah setiap hari. Maka, tanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan ada di pundak kita semua. Saya berharap Motor Sampah (Mosa) dapat mengoptimalkan GSS memperluas jangkauan pengelolaan sampah di masyarakat” .
Abdul Kadir juga berharap gerakan semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi cabang-cabang Muhammadiyah lain di Sleman, bahkan di Yogyakarta dan Nasional.
ujarnya.
Sementara Ketua GSS Muhammadiyah Ngaglik, Hidayatul Mabrur, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas dukungan kedua pihak tersebut. Ia menjelaskan bahwa keberadaan mesin pencacah akan meningkatkan nilai ekonomi dari sampah yang dikumpulkan jamaah.“Jika sebelumnya sampah dijual begitu saja hanya sekitar dua ribu rupiah per kilogram, setelah dicacah bisa mencapai delapan ribu sampai sepuluh ribu. Artinya, hasil yang kembali (return) ke jamaah juga meningkat,” jelas Mabrur.
Lebih dari sekadar urusan ekonomi, Mabrur menegaskan bahwa gerakan kecil ini berangkat dari semangat dakwah lingkungan, yang bercita-cita untuk membangun kesadaran kolektif di lingkungan masyarakat/jamaah, bahwa menjaga lingkungan juga merupakan bagian dari amal solih yang bernilai ibadah.
Sementara itu, Ketua PCM Ngaglik, Prof. Sukamto, dalam sambutannya mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi. Ia menegaskan, “atas nama PCM Ngaglik dan seluruh warga Muhammadiyah, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Kadir dan Paste Lab. Hibah ini menjadi langkah penting untuk memperkuat gerakan lingkungan yang sudah dimulai oleh GSS,” ujarnya.
Acara kemudian ditandai dengan pemotongan pita oleh para perwakilan, disambut tepuk tangan hangat dari jamaah yang hadir. Motor Viar tiga roda yang telah dihias sederhana itu kemudian dikendarai mengelilingi halaman masjid, menandai dimulainya babak baru pengelolaan sampah berbasis jamaah di wilayah Ngaglik.
Sejak awal dibentuk (tahun 2023), GSS Muhammadiyah Ngaglik terus berupaya menjadikan pengelolaan sampah sebagai sarana dakwah, pemberdayaan, dan pembentukan karakter lingkungan. Kini, dengan tambahan sarana berupa Mosa, Meca, dan Drop Box, gerakan ini harpaannya dapat menebar manfaat uang lebih luas—baik untuk kebersihan lingkungan, perubahan pola pikir, maupun peningkatan kesadaran ekologis warga Muhammadiyah juga masyarakat pada umumnya.
Gerakan ini membuktikan, bahwa dari masjid pun bisa lahir inisiatif hijau yang memberi dampak besar. Dari sampah, tumbuh keberkahan; dari kepedulian, lahir peradaban yang berkemajuan. Kontak Media: Hidayatul Mabrur | 085703711762, Ketua Gerakan Shadaqah Sampah (GSS) Muhammadiyah Ngaglik. (arief hartanto)
0 Komentar